Selasa, 14 Januari 2014

Surya Merah Jambu

Surya Merah Jambu

By : Trisha Adelia
Bagai perahu yang mengambang di air beriak. Tiada yang tahu temali itu mengekang hingga ia tak dapat bergerak. Ia hanya dapat diam digoda gelombang. Dalam hatinya ia berteriak. Jikalau temali dan sauh tak memaksanya tuk berlabuh, sangguplah ia berlayar tanpa nahkoda, pun arus dapat menuntunnya dengan sejurus.

Perahu itu bernapsu ingin menuju surya merah jambu sebelum penghabisan waktu. Ia terus bergolak dengan riak, tapi usahanya bagai mengubah besi usang jadi perak.

Ialah aku ibarat perahu itu. Ialah kamu ibarat surya merah jambu. Ialah fakta yang mengikat bagai temali hingga aku terikat terjerat. Dan waktu, ia begitu angkuh dan terus bergulir tanpa getir, bagai arus air yang mengalir.

Padamu aku ingin menuju. Membacakan isi botol surat-suratku yang terombang-ambing tak pernah sampai padamu. Padamu, hatimu, aku ingin berpadu. Dan waktu pun akan cemburu karena tiada kita tanpa aku dan kamu.

Aku ingin putus temali fakta yang mengekang seorang aku. Lalu aku 'kan menari dengan arus air ibarat waktu yang bergulir. Aku ingin berkelana bebas di samudera cintamu. Menerjang badai dan gejolak gelombangmu.

Lalu aku ingin tersesat dan tak dapat lagi melesat. Tersesat mencari bayang semu dirimu. Karena ialah air beriak yang menipu diriku akan pantulan dirimu.

Sebelum kau tenggelam didekap cakrawala, dan sinar merahmu padam tak lagi menyala, percayalah pada diriku yang setia berkelana, berkelana mencari seberkas asa yang tersisa. Asa cintamu yang dapat hilangkan segala dahaga.

Janganlah dulu dirimu dibelah mega atau lenyap disekap sunyi senyap. Karena dalam labirin waktu aku masih menuju. Ialah ke padamu, surya merah jambu; Tujuanku.


Untuk dia yang tak tahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar